
Tenang aja saya tidak akan membahas panjang, lebar tentang operasi penjumlahan. Tetapi saya hanya merenungkan makna di balik operasi hitung (penjumlah, pengurangan, perkalian, pembagian) tersebut yang berkaitan erat dengan makna syukur. Saya akan mulai terlebih dahulu dengan operasi penjumlahan yang saya asumsikan sebagai orang-orang yang pandai bersyukur.
Kalaulah kita sebagai manusia (hamba Allah) yang saya ibaratkan angka 0 (nol) dan angka 1, 2, 3, … dst saya asumsikan nikmat Allah. Ketika kita jumlahkan angka nol dengan angka 1 tentu hasilnya 1, dan ketika kita tambah lagi dengan angka 2 maka hasilnya 2, dan seterusnya, semakin besar angka yang ktia tambahkan tentu hasilnya akan semakin besar.
Cobalah kita tengok kembali sebelum kita menjadi pelajar, mahasiswa, pejabat, pengusaha, dll. Apa yang kita miliki ketika kita baru melihat dunia. Ya kita sama halnya dengan angka 0 (nol) yang tidak memiliki nilai sama sekali. Tetapi ketika Allah memberikan/menambahkan nikmatnya secara terus menerus yang tiada hentinya (1, 2, 3, …. dst), maka yang terjadi adalah kita semakin berkembang bukan hanya dari segi jasmani, tetapi dari segi yang lain.
“ Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati, supaya kamu bersyukur ” (QS An-Nahl [16]: 78).
“ Jika kamu bersukur pasti akan Ku tambah (nikmat-Ku) untukmu, dan bila kamu kufur, maka sesungguhnya siksa-Ku amat pedih”(Qs. Ibrahim (14):7)
“ Adapun terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah engkau menyebut – nyebut ” (Qs. Adh-Dhuha (93) :11).
Demikian janji Allah kepada kita bahwa samakin banyak kita mensyukuri nikmat Allah maka akan selalu ditambahkan nikmatnya kepada kita, setiap detik, menit, jam, hari dan seterusnya yang tiada hentinya diberikan kepada semua makhluk-Nya.
Ya kita seharusnya merasa malu kepada Allah yang telah begitu banyak nikmat yang diberikan kepada kita, namun kita kadang terlena dengan nikmatnya dunia sehingga melupakan nikmat Allah yang diberikan kepada kita.
Maka sudah sepantasnyalah kita bersyukur kepada Allah di segala aktivitas yang kita lakukan, kalaupun kita tidak mampu masuk dalam kategori orang-orang yang bersyukur yakni orang-orang yang telah mendarah daging dalam dirinya (hati, lidah, perbuatan), paling tidak kita tetap melakukan syukur, betapapun kecilnya syukur itu.
“ Sesuatu yang tidak dapat diraih seluruhnya, jangan ditinggalkan sama sekali ”.
“ Sesungguhnya ini adalah balasan untukmu, dan usahamu adalah disyukuri “ (QS Al-Insan [76]: 22).
1 komentar:
thayib ustadz, jazakallah nasihatnya
Posting Komentar
Silahkan Tinggalkan Pesan, Kesan, Kritik dan Saran